ing mbah google

Senin, 07 Februari 2011

CARA MEMPERSEHAT TULANG

Konsumsi Kalsium

Kalsium merupakan unsur pembentuk tulang dan gigi. Maka, agar kepadatan tulang terus terjaga, penting untuk mengkonsumsi kalsium yang banyak terdapat dalam susu. Sayangnya, seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk menyerap kalsium semakin berkurang. Maka, sebaiknya Anda membiasakan diri atau anak Anda untuk minum susu setiap hari sejak usia dini. Karena penyebab osteoporosis adalah kurangnya asupan kalsium pada usia muda.
Kaum muda, seringkali mereka berpikir tidak perlu lagi mengkonsumsi susu yang dianggap sebagai makanan anak kecil. Atau karena berpikir tulang tidak dapat tumbuh lagi sehingga mereka enggan minum susu. Memang, pada umumnya tulang berhenti tumbuh saat usia 16-18 tahun, tetapi bukan berarti kita tidak perlu lagi memperhatikan kesehatan tulang, karena fungsi tulang sangat penting bagi tubuh.
Kalsium yang dibutuhkan tiap orang berbeda, bergantung pada berat badan dan aktivitas yang dijalankan. Pada ibu hamil dan menyusui, kalsium yang dibutuhkan lebih banyak. Tabel berikut akan menjelaskan jumlah kalsium yang dibutuhkan berdasarkan usia.
UsiaKebutuhan Kalsium
Kurang dari 1 tahun210 - 270 mg
1 tahun - 3 tahun500 mg
4 tahun - 8 tahun800 mg
9 tahun - 18 tahun1300 mg
19 tahun - 50 tahun1000 mg
lebih dari 50 tahun1200 mg
Kebutuhan Kalsium Berdasarkan Usia
Catatan : Satu gelas susu mengandung sekitar 500 mg kalsium.

Kepadatan Tulang
Foto tulang jika diperbesar ribuan kali maka akan terlihat kepadatan tulang
Kalsium tidak hanya terdapat pada susu, makanan lain seperti ikan teri, sup tulang, sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan adalah salah satu sumber dari kalsium. Karena kalsium tidak dapat dihasilkan tubuh kita, maka penting untuk minum susu dan mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium.


Vitamin D

Agar kalsium yang berasal dari susu dan makanan dapat diserap sempurna, diperlukan vitamin D. Tentu akan sangat disayangkan, bila kita banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kalsium tetapi tidak dapat diserap dengan sempurna, sehingga akhirnya tubuh mengambil kalsium yang ada pada tulang. Akibatnya, tulang menjadi rapuh.
Untuk mendapatkan vitamin D sebenarnya tidak sulit. Sinar matahari pagi (antara jam 06.00 sampai jam 09.00 pagi) dan sore (setelah jam 16.00) adalah salah satu sumber vitamin D. Dalam lapisan kulit tubuh kita sebenarnya terdapat vitamin D non aktif dan dengan pancaran sinar matahari vitamin D ini dapat aktif dan berguna bagi tubuh.
Selain dari sinar matahari, vitamin D juga dapat diperoleh dari makanan seperti ikan (misal: ikan salmon dan sarden), kuning telur, hati, susu, keju dan produk olahan susu lainnya.

Olahraga

Selain mengkonsumsi kalsium, penting untuk melakukan olahraga secara teratur agar dapat memperkuat tulang dan menambah kepadatan massa tulang. Sama seperti otot, tulang juga perlu dilatih agar dapat menciptakan tulang yang kuat.
Olahraga yang dapat dilakukan untuk melatih tulang adalah dengan melakukan olahraga yang memberikan gaya tekan pada tulang, gaya renggang dan gaya pelintir. Gaya tersebut dapat merangsang pertumbuhan tulang sehingga tulang menjadi sehat. Anda dapat mencobanya dengan bersepeda, joging, jalan kaki atau naik turun tangga.
Selain dengan mengkonsumsi kalsium, vitamin D dan berolahraga, akan lebih baik bila Anda mencoba hidup sehat dengan menghentikan kebiasaan merokok. Rokokkopi, alkohol, teh, dan cola dapat menghambat penyerapan kalsium. Sebaliknya, konsumsilah makanan bergizi yang memenuhi 4 sehat 5 sempurna.

Kebiasaan Merusak Tulang

Hilangkan juga kebiasaan yang dapat membuat pertumbuhan tulang terganggu atau membuat struktur tulang menjadi rusak. Kebiasaan buruk yang dimaksud adalah:
  • Membungkukkan badan yang dapat menyebabkan saraf yang melewati tulang belakang terjepit sehingga menimbulkan sakit pinggang.
  • Memakai sepatu hak tinggi untuk waktu yang lama. Saat menggunakannya, terjadi perenggangan pada jaringan lunak sekitar sendi mata kaki sehingga dapat merusak struktur jaringan lunak ini.
  • Membawa tas berat. Dapat memperparah kondisi tulang apabila kita memiliki kelainan pada tulang.
  • Membunyikan jari. Bunyi terjadi akibat gesekan jaringan lunak di sekitar sendi jari. Proses yang terjadi berulang-ulang ini akan mengakibatkan gangguan di jaringan lunak tersebut.
Kesehatan tulang seringkali terabaikan, karena rasa sakit umumnya baru terasa bila tulang sudah rapuh atau ketika tulang dinyatakan keropos. Proses pengambilan kalsium dari tulang sering disebut silent diseasekarena terjadi tanpa tanda-tanda atau gejala. Maka, terus perhatikan kesehatan tulang Anda, hindariosteoporosis, agar dapat terus lancar beraktivitas sampai usia lanjut.
by:

Minggu, 06 Februari 2011

DUA SISI WAJAH MATAHARI YANG DILIHAT STEREO

Beberapa waktu lalu NASA memberi kejutan dengan penemuan galaksi tertua di alam semesta dan juga sistem extrasolar planet Kepler-11 yang memiliki 6 planet, dengan 5 planet yang berada sangat dekat dengan bintang induknya. Kali ini sebuah berita menggembirakan datang dari STEREO (Solar TErrestrial RElations Observatory), pengamat matahari kembar milik NASA.
Tanggal 6 Febuari,  STEREO bergerak menempati posisi untuk mengamati sisi berlawanan dari Matahari, dan kemudian mengirimkan citra pengamatannya secara terus menerus ke Bumi. Wajah Matahari dari depan dan belakang berhasil dipotret dan disajikan hasilnya pada manusia dalam waktu bersamaan.
Dua sisi wajah Matahari yang dilihat STEREO. Kredit : STEREO/NASA
Inilah kali pertama masyarakat dunia bisa melihat aktivitas Matahari dalam 3 dimensi. Momentum luar biasa dalam fisika Matahari ini dicapai ketika STEREO berhasil mengungkapkan bentuk Matahari yang berbentuk bola plasma bulat dengan gelombang medan magnetik yang sangat rumit.
Inilah untuk pertama kalinya NASA berhasil menyajikan video Matahari dalam 3 dimensi :
Cerita dari STEREO
Setiap mata teleskop matahari STEREO memotret setengah Matahari sang bintang dan kemudian mengarahkan foto-foto yang ia ambil ke Bumi. Di Bumi, para peneliti bertugas menggabungkan gambar-gambar yang dihasilkan STEREO untuk menjadi satu potongan film utuh dari Matahari yang berbentuk bola. Yang pasti ini bukan sekedar gambar biasa, karena teleskop STEREO dipasang untuk menangkap 4 panjang gelombang radiasi ultra ungu yang ekstrim yang digunakan untuk menelusuri aspek-aspek penting seperti flare, tsunami dan filamen magnetik di Matahari. Tidak ada yang luput dari pandangan matanya.
Dengan data yang dihasilkan STEREO, manusia bisa terbang mengelilingi Matahari dan melihat apa yang sedang terjadi di sana tanpa harus meninggalkan meja kerjanya. Menarik bukan? Tapi di sisi berlawanan, hasil ini jelas akan membawa manusia untuk lebih memahami Matahari dan memberi perkembangan besar pada teori Fisika Matahari dan prakiraan cuaca antariksa.
Coba kita telusuri sejenak. Di masa lalu, bintik Matahari yang aktif dapat muncul pada sisi lain wajah Matahari yang tersembunyi dari Bumi. Dan kemudian, ketika sang bintang berputar dan wajah yang tadinya tersembunyi itu tampak, ia akan melontarkan flare-nya disertai awan plasma hanya dengan sedikit peringatan.
Kini itu tidak perlu terjadi. Sisi berlawanan dari wajah Matahari tidak akan lagi bisa memberi kejutan pada manusia karena STEREO dengan mata kembarnya bisa melihat kedua sisi pada saat bersamaan.
NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) menggunakan model CMe (coronal mass ejection atau lontaran massa korona) dari 3D STEREO untuk prediksi cuaca antariksa untuk penerbangan, perusahaan listrik, operator satelit dan lain-lain. Tentunya dengan adanya perkembangan baru ini, akan memberi informasi yang lebih baik lagi dalam melakukan prediksi cuaca antariksa.
Prakiraan cuaca ini tidak terbatas hanya untuk Bumi. Dengan pemodelan global yang baik maka para peneliti akan dapat melacak badai Matahari yang bergerak menuju planet lainnya, dan ini akan dibutuhkan dalam misi NASA ke Merkurius, Mars, Asteroid… dan lain-lain.
Hasil pandangan baru ini bisa menampilkan koneksi yang sebelumnya terabaikan. Contohnya, peneliti telah lama menduga bahwa aktivitas matahrai dapat ‘mengglobal’ dengan adanya erupsi pada sisi belakang matahari yang memicu dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Kini dengan apa yang bisa dilakukan STEREo, para peneliti bisa mempelajari fenomena tersebut. Erupsi besar yang terjadi bulan Agustus 2010 lalu melanda 2/3 permukaan sang bintang dengan flare yang saling berinteraksi, adanya gelombang kejut dan filamen yang saling bergetaran sama sekali. Semuanya ini tak pernah bisa diamati sebelumnya sampai kemudian baru bisa terlihat oleh STEREO-SOHO.
Yang pasti masih banyak teka-teki dan potongan yang belum terjawab mengenai aktivitas Matahari dan dengan memonitor seluruh Matahari, para peneliti bisa menemukan potongan-potongan yang hilang itu.
NASA sudah menunggu momen ini semenjak STEREO diluncurkan bulan Oktober 2006 dan kemudian berpisah dengan kembarannya menuju pad aposisi oposisinya. Posisi oposisi itu akhirnya tercapai tanggal 6 Februari 2011 saat STEREO-A dan STEREO-B berada terpisah 180ยบ dan masing-masing mengarahkan pandangan pada sisi wajah Matahari yang berbeda untuk 8 tahun ke-depan.
Sumber : NASA

MENGENAL CHEOMSEONGDAE, OBSERVATORIUM TERTUA DI DUNIA

Jika anda penggemar drama Korea Great Queen Seondeok, barangkali anda pernah mendengar tentang Cheomseongdae. Dalam salah satu episode, diceritakan bahwa putri Deokman setelah dilantik menjadi putri mahkota kerajaan Silla memerintahkan pembangunan sebuah tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan perhitungan astronomi secara mandiri. Dengan demikian, tidak ada lagi pejabat dan orang terpelajar yang bisa memanfaatkan ilmu astronomi–dan astrologi yang pada masa itu tak ada perbedaan antara keduanya–untuk menipu warga. Tempat pengamatan astronomi itu dinamakan Cheomseongdae.
Cheomseongdae Silla di kota Gyeongju, Korea Selatan, dilihat dari arah timur laut. Kredit : ICOMOS-IAU
Walaupun kisahnya tidak sama seperti yang diceritakan dalam serial drama tersebut, namun Cheomseongdae peninggalan kerajaan Silla memang ada, dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang, menjadi warisan kebudayaan bangsa Korea dan salah satu atraksi wisata menarik di Korea Selatan.
Cheomseongdae Silla terletak di Gyeongju. Dulunya kota ini merupakan ibukota kerajaan Silla dengan nama Seorabeol. Posisi persisnya tak jauh dari istana Ponweolseong, pada koordinat 35°49’53″ LU dan 129°13’20″ BT.
Sejarah Cheomseongdae
Catatan-catatan sejarah Korea menunjukkan ada 3 tempat yang bernama Cheomseongdae. Pertama adalah di Pyongyang, dahulu ibukota kerajaan Goguryeo dan sekarang ibukota Korea Utara. Bangunannya sudah tidak ada lagi. Yang kedua adalah di Gyeongju, ibukota kerajaan Silla, yang kita bahas di sini. Dan yeng terakhir, di Gaeseong, Korea Utara, yang merupakan peninggalan kerajaan Goryeo.
Menurut buku “Kenangan tentang Tiga Kerajaan” (Samguk yusa), Cheomseongdae Silla dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok (633 – 647 M). Di catatan itu tidak ada tanggal tepatnya dan juga tidak dituliskan apa fungsi bangunan ini, tapi catatan-catatan sejarah yang hadir lebih belakangan dan sumber lain berupa karya sastra menyebutkan Cheomseongdae digunakan untuk mengamati rasi bintang dan pergerakan matahari. Catatan-catatan kuno dari Cina juga menyatakan hal serupa.
Peneliti modern pertama yang meninjau Cheomseongdae adalah Tadashi Sekino yang menyimpulkan bahwa Cheomseongdae adalah sebuah observatorium walaupun strukturnya cukup aneh sebagai observatorium. Lalu Yuji Wada, seorang ahli meteorologi dari Jepang. Ia mulai melakukan survey di lokasi Cheomseongdae pada 1909, menyimpulkan bahwa Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur. Wada juga meyakini ada beberapa bagian bangunan yang sudah hilang, seperti tangga bagian dalam.
Konstruksi dan Fungsi
Cheomseongdae dibuat dari batu-batu yang disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk yang diduga memiliki arti khusus. Dilihat dari luar, bangunan ini terdiri atas 3 bagian: alas, menara dan puncak.
  • Bagian alasnya dibuat dari 12 balok batu yang disusun sehingga berbentuk persegi. Susunan ini dibuat 2 lapis, dengan lapisan kedua terkubur dalam tanah.
  • Bagian utama bangunan bentuknya seperti botol, menara silinder dengan lingkar alas lebih besar daripada lingkar di bagian puncak. Dibuat dari susunan batu-batu yang jika dihitung jumlahnya 365 buah. Bagian utama ini terdiri dari 27 lapis. Di bagian tengahnya dibuat sebuah jendela persegi yang menghadap ke utara. Jumlah lapisan di atas dan bawah jendela masing-masing berjumlah 12 lapis.
  • Bagian puncaknya dibuat berupa pagar yang jika dilihat dari atas akan tampak seperti huruf Cina #. Bagian ini terdiri dari 2 lapis.
Jumlah batu untuk menyusun bagian utama menunjukkan jumlah hari dalam setahun samsiah (matahari), 365. Jumlah lapisan barangkali terkait dengan ratu Seondeok, yang merupakan penguasa Silla ke-27. Jika lapisan alas yang tidak terkubur dimasukkan, jadi 28 dan ini menunjukkan jumlah rasi bintang menurut astronomi oriental. Dan jika ditambahkan dengan 2 lapisan atap, jumlahnya 30. Menunjukkan jumlah hari dalam sebulan kamariah. Lapisan dibawah dan diatas jendela masing-masing 12 buah, menunjukkan jumlah bulan dalam setahun. Jika dijumlahkan jadi 24, menunjukkan solar term yang lazim dipakai pada sistem kalender lunisolar Cina.
Di bagian dalamnya juga menarik. Dari bawah hingga ke lapisan ke-12 diisi dengan pasir. Mulai dari jendela hingga keatasnya kosong. Di lapisan ke-26 terdapat sebuah balok datar yang–dilihat dari atas–menutupi ruang bagian timur. Untuk masuk kedalam bangunan ini, orang harus menggunakan tangga dari luar dan masuk melalui atap. Balok di lapisan ke-26 itu barangkali digunakan untuk menaruh peralatan pengamatan dan alat tulis.
Kontroversi
Sebagian besar peneliti menyetujui Cheomseongdae sebagai sebuah observatorium. Hal itu didukung oleh catatan-catatan sejarah yang ada di Korea, Jepang dan Cina. Pengamatan astronomi dilakukan dengan mata telanjang, dilengkapi dengan alat-alat seperti gnomon. Tentunya perhitungan-perhitungan khusus dilakukan dengan bantuan kalender untuk mengetahui gerhana dan rasi bintang yang berguna untuk keperluan astrologi.
Namun beberapa peneliti lain meragukan fungsi Cheomseongdae sebagai observatorium karena bentuknya yang dianggap tidak representatif. Misalnya, Lee Yong-beom dari Universitas Dongguk yang berpendapat Cheomseongdae adalah simbol gunung Sumeru yang ada dalam keyakinan Buddha. Atau Kim Yong-un dari Universitas Hanyang berpendapat Cheomseongdae merupakan monumen yang melambangkan pencapaian tinggi atas sains di Silla.
Bagaimanapun, sejauh ini pendapat bahwa Cheomseongdae adalah sebuah observatorium lebih disetujui. Juga ada pendapat moderat: Cheomseongdae adalah sebuah observatorium dengan struktur bangunan dibuat mengikuti inspirasi Buddhis.
Observatorium Tertua
Buku rekor dunia, Guinness Book of World Records pada 1982 menyatakan bahwa Cheomseongdae di Gyeongju, Korea Selatan adalah bangunan observatorium astronomi tertua yang masih berdiri di dunia.International Council of Monuments and Sites (ICOMOS), bagian dari IAU, menyatakan Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur.
Bukan berarti tidak ada observatorium sebelum Cheomseongdae dibangun. Sejarah menyatakan ada banyak kebudayaan yang jauh lebih tua daripada kebudayaan Silla, katakanlah Mesir, Babilonia, Yunani. Kebudayaan-kebudayaan kuno itu juga sudah mengenal astronomi, dan mungkin saja memiliki observatorium mereka sendiri.
Kerajaan Silla di abad VII masehi juga lebih mediocre dibandingkan negara-negara tetangganya di semenanjung Korea, Goguryeo dan Baekje. Dan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Cheomseongdae juga ada di ibukota Goguryeo namun sisa-sisa bangunannya tidak lagi ada. Jadi, satu-satunya bangunan observatorium kuno yang paling tua dan masih eksis memang hanya Cheomseongdae Silla ini.
______
Referensi : Korea Journal, International Council of Monuments and Sites (2010)

GUNUNG–GUNUNG BERAPI DINGIN DI TITAN

Berkelanalah ke planet Saturnus dan lanjutkan perjalanan menuju satelitnya yang paling populer, Titan. Inilah satelit Saturnus terbesar di antara lebih dari 60 lainnya, namun juga paling misterius. Jika pesawat anda memilih bandara di Titan sebagai tujuan akhir penerbangan, hingga jarak beberapa ribu kilometer dari Titan anda takkan dapat menyaksikan keelokan permukaannya.
Jejak aliran lava dingin yang teramati Cassini dalam kombinasi citra radar dan VIMS. Lava dingin mengalir sejauh 80 km lebih dari kawah gunung berapi dingin yang memuntahkannya (kiri bawah). Kredit : LeCorre dkk
Semua terbungkus selimut karbondioksida tebal yang pekat dengan warna kuning kecoklatan, seakan melindungi permukaannya terhadap segala gangguan visual dari luar, termasuk sorot mata manusia. Maka berterima kasihlah kepada misi antariksa Cassini–Huygens, proyek kolaborasi NASA dengan partnernya di Eropa yakni ESA dan ASI (Italia), yang diluncurkan tahun 1997 dan tiba di Saturnus pada tahun 2004. Sebab lewat misi antariksa tak berawak termahal sepanjang tiga dekade terakhir inilah Saturnus dan juga Titan perlahan–lahan mulai menyibakkan diri.
Sejak kedatangannya, Cassini sudah menjalani lebih dari 60 kali penerbangan lintas (flyby) di Titan dan sukses mendaratkan kapsul Huygens ke permukaan satelit yang dalam perspektif keplanetan ukuannya 1,5 kali lebih besar dari Bulan dan hanya bisa dikalahkan Ganymede di Jupiter. Berbeda dengan tebakan semula, permukaan Titan ternyata padat, penuh batuan berserakan dan perbukitan. Namun berbeda dengan Bumi, batuan Titan adalah bekuan senyawa–senyawa ringan yang didominasi metana dalam lingkungan bersuhu –182° C. Huygens memperlihatkan “kering”nya cuaca Titan sepanjang ratus tahun terakhir dengan udara berasap hidrokarbon pengap mirip udara Jakarta yang polutif. Namun suatu saat di masa silam, dalam rentang waktu sangat singkat, cuaca berubah dramatis dengan turunnya hujan badai metana teramat deras secara global. Hujan metana ini mengukir topografi Titan, sehingga alur–alur lembah, sungai dan danau terisi kembali oleh metana cair.
Apa yang menggerakkan metana sehingga bersirkulasi di Titan sebagai padatan (di batuan), cairan (di sungai/lembah) dan gas (di atmosfer) mengundang pertanyaan para astronom khususnya dalam lima tahun terakhir. Massa metana di Titan diindikasikan 2 x 1017 kg, namun perlu dicatat bahwa metana di atmosfer atas Titan selalu terpecah–belah oleh sinar Matahari, sehingga dibutuhkan pasokan metana kontinu untuk menjaga stabilitas atmosfer sekaligus menggerakkan cuaca. Spekulasi vulkanisme dingin (cryovolcanism) sebagai tenaga penggeraknya pun merebak. Karena dengan jauhnya lingkungan Saturnus terhadap Matahari dan komposisi dominan penyusunnya, hanya vulkanisme jenis ini dengan dengan aliran magma model titik–panas (hotspot) yang mungkin eksis, bukan model lempeng tektonik. Apalagi instrumen radar dan VIMS (Visual Infrared Mapping Spectrometer) Cassini berulang kali menangkap bentuk–bentuk unik mirip kerucut, kawah maupun aliran yang sangat kaya metana di permukaan Titan.
Tortola Facula, salah satu kandidat kerucut produk vulkanisme dingin di Titan. Kredit : LeCorre dkk
Tortola Facula adalah kerucut yang dilihat Cassini saat flyby pertama pada Oktober 2004. Kerucut tersebut diduga merupakan gunung bergaris tengah 30 km dengan bentuk terelongasi ke barat. LeCorre dkk (2008) memperhitungkan, jika aktif, aktivitas gunung ini mampu memasok 1013 kg metana dengan asumsi dapur magma pemasok metana beku yang menyublim menjadi gas di gunung ini tebalnya 5 km. Jumlah ini terlalu kecil dibandingkan massa metana di atmosfer Titan dan dibutuhkan sedikitnya 20.000 gunung berapi dingin sejenis Tortola Facula agar bisa mempertahankan stabilitas atmosfer Titan. Meski Cassini baru sanggup memetakan sebagian kecil permukaan Titan, namun 20.000 gunung mirip Tortola Facula cukup banyak jumlahnya sehingga seharusnya bentuk kerucut sejenis sering dijumpai Cassini. Sementara realitasnya tidak demikian.
Kawasan thui region, diabadikan dari jarak 75.000 km. Gumpalan putih cerah di bagian bawah adalah jejak vulkanisme dingin kawasan ini, yang kemungkinan berbentuk erupsi retakan. Kredit : LeCorre dkk
Thui region dan Hotei region adalah dua kawasan Titan lainnya yang diindikasikan mengalami aktivitas vulkanisme dingin. Berbeda dengan Tortola Facula, Thui dan Hotei melingkupi area yang cukup luas sehingga vulkanisme di sini mungkin berupa erupsi retakan seperti bisa kita dijumpai di Islandia maupun Hijaz di Bumi. Dengan asumsi dapur magmanya menyerupai Tortola Facula, LeCorre dkk memperhitungkan Thui region mampu memasok 4.1017 kg metana atau setara dengan massa metana di atmosfer Titan. Demikian pula Hotei region.
Sotra Facula adalah kandidat gunung berapi dingin lainnya di Titan, yang diungkap Randolph Kirk dkk dari United States Geological Survey (USGS) Astrogeology Science Center. Mereka mereproduksi citra radar untuk menghasilkan bentuk tiga dimensi Sotra Facula, yang memperlihatkan dua kerucut setinggi lebih dari 1.000 meter dari dasar dengan kawah dalam ditengahnya dan jejak aliran yang memencar menjari mirip kipas aluvial di Bumi. Meski spektakuler, Sotra Facula diduga memasok metana dalam kuantitas yang tak jauh berbeda dengan Tortola Facula.
Topografi Sotra Facula sekaligus bisa menjelaskan bagaimana kubah Tortola Facula bisa eksis di Titan. Vulkanisme dingin pada umumnya mengekstrusikan magma dingin berupa uap air dan gas–gas volatil yang sulit untuk mengendap begitu erupsi terjadi, seperti di Enceladus dan Triton. Sehingga vulkanisme dingin tidak diikuti pembentukan kerucut gunung. Namun di Titan situasinya sedikit berbeda. Meski juga ditenagai gas–gas volatil (khususnya metana), vulkanisme dingin Titan mungkin melibatkan material yang lebih padat dan berat. Sehingga ketika erupsi terjadi, material lebih padat ini tak terbawa jauh dan hanya menumpuk di sekitar kawah sehingga tebentuk kubah lava yang lama–kelamaan tumbuh tinggi dan membesar.
Citra tiga dimensi Sotra Facula yang direproduksi USGS Astrogeology Science Center untuk NASA. Nampak cekungan dalam yang adalah kawah, dengan sisi kanannya adalah dua puncak setinggi lebih dari 1.000 m. dari kawah ini ke latar depan nampak jejak – jejak aliran lava dingin (metana, gas volatil dan senyawa – senyawa yang lebih padat). Kredit : NASA
Kirk dkk menuturkan, sejauh ini tidak ada tanda–tanda apakah Sotra Facula masih aktif di masa resen, namun mereka akan terus memantaunya guna memastikannya. Eksistensi gunung–gunung berapi dingin di Titan mendatangkan pertanyaan tentang asal–usul sumber panas yang menggerakkan vulkanisme dingin ini. Jika Enceladus dipanasi oleh pemanasan pasang–surut gravitasi akibat resonansi orbitnya dengan Dione dan Triton dihangatkan sinar Matahari khususnya di sekitar titik subsolar, belum jelas darimana Titan mendapatkan panasnya. Dengan dimensinya yang besar, bahkan sedikit lebih besar dari Merkurius, Titan mungkin memiliki sumber panas internal dari peluruhan unsur–unsur radioaktif berat dalam lapisan inti Titan.